Perluasan Masjidil Haram dari Masa Khalifah Umar bin Khattab hingga Raja Salman
Perluasan Masjidil Haram
Pendahuluan
Masjidil Haram merupakan masjid terbesar di dunia dan tempat paling suci bagi umat Islam. Terletak di kota Makkah, Arab Saudi, masjid ini mengelilingi Kabah yang menjadi kiblat seluruh umat Islam dalam beribadah. Sejak awal berdirinya, Masjidil Haram telah mengalami berbagai perluasan dan renovasi untuk mengakomodasi jumlah jamaah yang terus bertambah setiap tahunnya.
Artikel ini akan membahas sejarah perluasan Masjidil Haram, mulai dari masa Khalifah Umar bin Khattab hingga era modern di bawah kepemimpinan Raja Salman bin Abdulaziz Al Saud.
Masjidil Haram pada Masa Awal Islam
Sebelum Islam, area Kabah hanyalah sebuah tempat terbuka tanpa dinding pembatas. Nabi Muhammad SAW tidak melakukan perubahan signifikan pada struktur fisik area ini. Perluasan pertama baru dimulai pada masa Khalifah Umar bin Khattab.
Perluasan pada Masa Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M)
Khalifah Umar bin Khattab melakukan perluasan pertama Masjidil Haram pada tahun 638 M. Beliau membeli rumah-rumah yang berada di sekitar Kabah dan meratakannya untuk memperluas area masjid. Kemudian, Umar membangun tembok rendah setinggi kurang dari satu meter untuk menandai batas area masjid. Pada masa ini, luas Masjidil Haram mencapai sekitar 1,768 meter persegi dengan kapasitas sekitar 5.000 jamaah.
Perluasan pada Masa Khalifah Utsman bin Affan (644-656 M)
Setelah Umar bin Khattab, Khalifah Utsman bin Affan melanjutkan perluasan masjid pada tahun 649 M. Beliau membeli lebih banyak properti di sekitar masjid dan menambah atap di beberapa bagian. Utsman juga membangun pilar-pilar baru dari batu dan memperbaiki struktur masjid. Perluasan ini meningkatkan luas masjid menjadi sekitar 3,500 meter persegi.
Perluasan pada Masa Dinasti Umayyah
Abdullah bin Zubair (683-692 M)
Meskipun bukan bagian dari Dinasti Umayyah, Abdullah bin Zubair yang memerintah Makkah saat itu melakukan renovasi besar pada Masjidil Haram. Ia merekonstruksi Kabah sesuai dengan rencana asli Nabi Ibrahim AS dan memperluas area masjid.
Al-Walid bin Abdul Malik (705-715 M)
Khalifah Umayyah Al-Walid bin Abdul Malik melakukan perluasan signifikan dengan menambahkan dekorasi marmer, langit-langit berlapis emas, dan pilar-pilar baru. Ia juga membangun serambi dan arcade di sekitar area masjid.
Perluasan pada Masa Dinasti Abbasiyah
Abu Ja'far Al-Mansur (754-775 M)
Khalifah Abbasiyah Abu Ja'far Al-Mansur memperluas Masjidil Haram dengan menambahkan area sekitar Kabah dan memperbaiki struktur masjid.
Muhammad Al-Mahdi (775-785 M)
Al-Mahdi melakukan perluasan besar-besaran yang meningkatkan luas masjid hampir dua kali lipat, mencapai sekitar 16,000 meter persegi. Ia juga menambahkan pintu-pintu masuk baru dan memperbaiki sistem drainase masjid.
Perluasan pada Masa Dinasti Ottoman
Dinasti Ottoman yang berkuasa selama hampir empat abad (1517-1924 M) melakukan beberapa renovasi dan perbaikan pada Masjidil Haram:
Sultan Selim II (1566-1574 M)
Sultan Selim II memperbaiki kerusakan pada struktur masjid dan memperkuat fondasinya.
Sultan Abdul Majid I (1839-1861 M)
Sultan Abdul Majid I melakukan renovasi besar-besaran pada tahun 1853 M. Ia membangun kembali banyak bagian masjid, termasuk memperbarui tujuh menara, membangun kembali arcade, dan menambahkan jam besar di salah satu menara. Setelah renovasi ini, luas Masjidil Haram mencapai sekitar 28,000 meter persegi dengan kapasitas sekitar 50,000 jamaah.
Perluasan pada Masa Kerajaan Arab Saudi
Raja Abdul Aziz (1932-1953 M)
Raja Abdul Aziz, pendiri Kerajaan Arab Saudi modern, memulai program renovasi dan perluasan Masjidil Haram pada tahun 1940-an. Namun, perluasan besar-besaran baru dimulai di bawah pemerintahan putra-putranya.
Raja Saud bin Abdul Aziz (1953-1964 M)
Raja Saud melakukan beberapa perbaikan pada struktur masjid tanpa perluasan signifikan.
Raja Faisal bin Abdul Aziz (1964-1975 M)
Raja Faisal memulai perencanaan untuk perluasan besar Masjidil Haram, meskipun implementasinya baru dilakukan pada masa pemerintahan berikutnya.
Raja Khalid bin Abdul Aziz (1975-1982 M)
Di bawah kepemimpinan Raja Khalid, perluasan besar pertama pada era Saudi dimulai pada tahun 1976. Proyek ini menambahkan area baru pada sisi barat masjid, termasuk pembangunan lantai dasar dan lantai pertama, serta ruang bawah tanah. Area masjid meningkat menjadi sekitar 160,000 meter persegi.
Raja Fahd bin Abdul Aziz (1982-2005 M)
Raja Fahd melaksanakan salah satu perluasan terbesar dalam sejarah Masjidil Haram. Proyek yang dimulai pada tahun 1988 ini meliputi:
- Penambahan area baru yang meningkatkan luas masjid menjadi sekitar 356,000 meter persegi
- Pembangunan area Mataf (tempat tawaf) baru yang lebih luas
- Pembangunan tiga lantai tambahan untuk shalat dan tawaf
- Penambahan 65 pintu masuk dan 7 menara baru
- Pemasangan sistem pendingin udara modern
- Pembangunan eskalator dan lift untuk memudahkan akses jamaah
Setelah perluasan ini, Masjidil Haram dapat menampung lebih dari 1 juta jamaah sekaligus.
Raja Abdullah bin Abdul Aziz (2005-2015 M)
Raja Abdullah melanjutkan proyek perluasan dengan fokus pada peningkatan kapasitas dan kenyamanan jamaah. Beliau memulai proyek perluasan besar yang dikenal sebagai "Proyek Raja Abdullah untuk Perluasan Masjidil Haram," yang mencakup:
- Pembangunan area baru seluas 400,000 meter persegi
- Penambahan kapasitas hingga 1,5 juta jamaah
- Sistem pendingin udara dan ventilasi yang lebih modern
- Pembangunan jembatan penyeberangan baru dan jalur masuk
- Rekonstruksi area Mataf untuk meningkatkan aliran jamaah
- Perbaikan infrastruktur, termasuk sistem listrik dan air
Perluasan pada Masa Raja Salman bin Abdul Aziz (2015-sekarang)
Raja Salman melanjutkan dan memperluas visi pendahulunya dengan meluncurkan proyek perluasan terbesar dalam sejarah Masjidil Haram. Proyek yang masih berlangsung ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masjid hingga lebih dari 2,5 juta jamaah. Beberapa aspek utama dari perluasan era Raja Salman meliputi:
- Perluasan area timur laut masjid seluas lebih dari 1,6 juta meter persegi
- Pembangunan lebih dari 78 pintu baru dan 25 terowongan akses
- Pengembangan sistem transportasi terintegrasi di sekitar masjid
- Pembangunan fasilitas layanan dan utilitas modern
- Implementasi teknologi ramah lingkungan, termasuk sistem pendingin udara hemat energi
- Peningkatan sistem keamanan dan pengawasan
- Pembangunan area khusus untuk layanan kesehatan dan darurat
Saat artikel ini ditulis, perluasan era Raja Salman masih dalam proses pengerjaan dan diperkirakan akan menjadikan Masjidil Haram sebagai masjid dengan kapasitas terbesar dan fasilitas tercanggih di dunia.
Kesimpulan
Perluasan Masjidil Haram dari masa Khalifah Umar bin Khattab hingga Raja Salman mencerminkan perkembangan sejarah Islam dan meningkatnya jumlah umat Muslim yang melaksanakan ibadah haji dan umrah. Dari struktur sederhana dengan tembok rendah pada masa Umar bin Khattab, Masjidil Haram telah bertransformasi menjadi kompleks arsitektur megah dengan fasilitas modern yang dapat menampung jutaan jamaah.
Setiap perluasan tidak hanya menambah ukuran fisik masjid, tetapi juga meningkatkan kenyamanan, keamanan, dan pengalaman spiritual bagi para jamaah. Perluasan yang sedang berlangsung di bawah kepemimpinan Raja Salman diharapkan akan membawa Masjidil Haram ke era baru, memadukan warisan sejarah dengan teknologi modern untuk melayani umat Islam dari seluruh dunia untuk generasi mendatang.
Tabel Perluasan Masjidil Haram
Periode | Penguasa | Tahun | Luas Setelah Perluasan (m²) | Kapasitas Jamaah |
---|---|---|---|---|
Khulafaur Rasyidin | Umar bin Khattab | 638 M | 1,768 | 5,000 |
Khulafaur Rasyidin | Utsman bin Affan | 649 M | 3,500 | 10,000 |
Dinasti Abbasiyah | Muhammad Al-Mahdi | 785 M | 16,000 | 30,000 |
Dinasti Ottoman | Sultan Abdul Majid I | 1853 M | 28,000 | 50,000 |
Kerajaan Arab Saudi | Raja Khalid | 1976 M | 160,000 | 300,000 |
Kerajaan Arab Saudi | Raja Fahd | 1988-2005 M | 356,000 | 1,000,000+ |
Kerajaan Arab Saudi | Raja Abdullah | 2005-2015 M | 756,000 | 1,500,000+ |
Kerajaan Arab Saudi | Raja Salman | 2015-sekarang | 1,600,000+ (target) | 2,500,000+ (target) |